Rabu, 13 Juli 2016

Kisah Mutiara

Aku termenung, memandang hampa sekelilingku, suasana begitu ramai namun terasa sepi bagiku. Sudah 10 hari aku di sini, namun tak jua ada yang membeliku, menyentuhpun tidak, ada yang melirik sejenak lalu kemudian membuang muka, bahkan ada yang tidak memalingkan wajahnya sedikitpun ke tempatku. 

Kupandangi dinding kaca di sekelilingku, ingin rasanya kuhancurkan andai aku bisa, agar aku bisa bergabung dengan teman-temanku di etalase di seberangku. Kupandangi mereka dengan iri, sungguh beruntung mereka, mereka juga terkurung dalam etalase kaca namun jumlah mereka banyak sehingga takkan kesepian seperti diriku yang hanya sendiri dalam kotak kaca ini.

Kupandangi pengunjung yang datang silih berganti ke tempat mereka, mungkin tidak semuanya membeli tapi setidaknya pengunjung tersebut berminat akan mereka, memilah, menyentuh, dan melihat mereka dengan rinci sebelum memutuskan untuk membeli atau tidak. Aku menghela napas dengan berat, dadaku menjadi sesak, dan mataku menjadi panas. Kualihkan pandanganku tuk menghilangkan perasaan sedih ini. 

Kini kupandangi teman-teman di sebelahku yang senasib denganku, terkurung sendiri dalam kotak kaca, jumlah kami bisa dihitung dengan jari. Kutersenyum iba pada mutiara di sebelahku, dia yg jaraknya paling dekat denganku, tubuhnya putih bersih dan berkilau, tidak seperti diriku yang hitam pekat, namun anehnya nasib kami sama, bahkan dia sudah ada sebelum aku datang namun dia tak jua laku terjual. 

Kembali kukeluarkan segala isi hatiku, kekecewaan, perasaan iri dan sedih, yang mungkin sudah berulangkali dia dengarkan dariku. Namun seperti biasa, dia tersenyum dengan bijak sambil berkata "Sabarlah, akan tiba waktunya", Aku berkata "Aku tak mengerti apa keinginan sang pemilik toko, sudah aku jelek, dibiarkan sendiri pula". Dia kembali tersenyum yang semakin menambah keanggunannya sambil berkata "Kadang hidup sebagai orang asing itu lebih baik". Aku terdiam tanpa kata, aku tak mengerti maksudnya, hatiku berontak, namun yang bisa kulakukan hanya diam. 


Sumber gambar: cuakep.com
Kualihkan lagi perhatianku ke tempat lain, kini ke penjaga toko di belakang kami, kupandangi mereka dengan penuh amarah,"Apa saja yang mereka lakukan di sana? Tidakkah mereka kasihan melihat kami di sini, yang kesepian tanpa sedikitpun menawarkan kami pada para pembeli? ", ucapku dengan penuh amarah, namun kemudian aku menyadari bahwa itu semua tak ada gunanya. 

Tiba-tiba suasana toko yang ramai menjadi sepi, semuanya memandangi rombongan ibu-ibu berpakain mewah yang masuk ke toko kami, kulihat sang manajer toko yang turun langsung menghampiri mereka sambil terseyum lebar. Anehnya, ibu-ibu itu berjalan ke arah kami, dan sang manajer menunjuk ke arahku. Tanpa sepatah katapun, aku langsung berpindah ke tangan ibu tersebut lalu menuju meja kasir. Aku heran setengah mati, kulirik temanku ketika di pintu keluar dengan pandangan bingung meminta penjelasan, dia kini juga telah berada di tangan seorang ibu peserta rombongan. Ia tersenyum dengan mata berkaca-kaca. Bukan penjelasan panjang lebar yang ia berikan, ia hanya mengucapkan satu kalimat yang membuatku begitu terharu, 'KARENA KAMU BEGITU BERHARGA'. Aku tersenyum,"Kini aku mengerti teman", ucapku dlm hati.

Terinspirasi dari seseorang yang membuatku sadar betapa berharganya diri ini, dan teman-temanku yang senantiasa menemaniku dalam memaknai hidup.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Mohon berkomentar dengan bahasa yang sopan karena bahasa Anda mencerminkan kepribadian Anda. Terima kasih :)